Sejarah Singkat Digital Happiness, Studio di Balik DreadOut – Halo, Sobat Nonfiction Minute! Kali ini, kita akan menelusuri perjalanan seru dari Digital Happiness, studio game indie asal Indonesia yang berhasil mencuri perhatian dunia dengan karya mereka, DreadOut. Mungkin kamu sudah familiar dengan DreadOut, game horor yang menghadirkan nuansa mistis Indonesia dan menjadi pembicaraan banyak orang. Tapi, bagaimana sih perjalanan studio ini sampai bisa menciptakan karya fenomenal tersebut? Yuk, kita ulas sejarah singkat Digital Happiness yang penuh tantangan dan prestasi!


Awal Mula Digital Happiness

Digital Happiness didirikan pada tahun 2014 oleh sekelompok pengembang game yang memiliki visi untuk menciptakan game dengan tema lokal Indonesia yang berkualitas tinggi dan bisa bersaing di pasar global. Studio ini berpusat di Bandung, sebuah kota yang dikenal sebagai pusat kreatifitas dan teknologi di Indonesia. Digital Happiness ingin membuktikan bahwa game buatan Indonesia bisa diterima oleh pasar internasional, bahkan dengan genre horor yang sangat bergantung pada budaya lokal.

Namun, seperti banyak studio indie lainnya, perjalanan mereka tidak mudah. Untuk memulai, mereka harus menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi finansial, teknis, hingga distribusi. Tapi semangat mereka untuk mengembangkan sebuah game horor lokal dengan kualitas yang setara dengan game internasional tidak pernah pudar.


Munculnya DreadOut

Keinginan untuk membawa cerita dan budaya Indonesia ke dalam game horor akhirnya terwujud dalam DreadOut, sebuah game horor dengan perspektif orang ketiga yang dirilis pertama kali pada tahun 2014. Game ini mengisahkan seorang remaja bernama Linda yang terjebak di sebuah kota terbengkalai dan harus menghadapi berbagai makhluk gaib berdasarkan mitologi Indonesia, seperti kuntilanak, pocong, tuyul, hingga leak. Dengan setting yang gelap dan atmosfer yang mencekam, DreadOut langsung mendapat sambutan hangat dari para penggemar game horor.

Namun, yang membuat DreadOut berbeda dari game horor lainnya adalah penggunaan elemen-elemen budaya Indonesia. Hantu-hantu yang ada di game ini terinspirasi dari cerita rakyat Indonesia yang sudah terkenal sejak lama, seperti kuntilanak dan pocong, yang memang jarang ditemukan dalam game horor mainstream. Keunikan ini membuat DreadOut tidak hanya menarik bagi pemain Indonesia, tetapi juga menarik perhatian gamer internasional.


Proses Pengembangan yang Tidak Mudah

Proses pengembangan DreadOut tidaklah mudah. Digital Happiness mengandalkan crowdfunding untuk mendanai proyek mereka. Mereka memulai kampanye crowdfunding di platform Indiegogo untuk mendukung pengembangan game ini, dan hasilnya cukup memuaskan. Kampanye tersebut mendapatkan dukungan dari berbagai penjuru dunia, yang menandakan bahwa banyak orang yang percaya pada potensi DreadOut.

Game ini dibuat dengan menggunakan Unreal Engine, salah satu mesin game terpopuler yang digunakan oleh pengembang besar di seluruh dunia. Meski hanya terdiri dari tim kecil, Digital Happiness bekerja keras untuk menciptakan pengalaman horor yang menarik, dengan gameplay yang mengharuskan pemain untuk memotret makhluk-makhluk gaib menggunakan ponsel sebagai senjata utama.

Di tengah keterbatasan anggaran dan tim yang kecil, Digital Happiness berhasil menghadirkan grafis yang cukup memukau untuk ukuran game indie. Desain karakter dan lingkungan yang gelap, serta efek suara yang menegangkan, semakin menambah atmosfer seram dalam game ini.


DreadOut dan Kesuksesannya di Pasar Global

Setelah dirilis, DreadOut mendapatkan sambutan yang cukup positif, terutama dari penggemar game horor. Keberhasilannya tidak hanya terbatas di Indonesia, tetapi juga menarik perhatian para gamer dari luar negeri. Game ini dibahas di banyak forum game internasional, serta mendapatkan review dari banyak YouTuber ternama yang terkenal dengan konten gaming mereka, seperti PewDiePie dan Jacksepticeye. Bahkan, DreadOut sempat masuk ke dalam daftar game horor yang wajib dimainkan oleh para pecinta genre tersebut.

Salah satu aspek yang paling dihargai dari DreadOut adalah penggunaan hantu-hantu yang diambil dari cerita rakyat Indonesia. Hal ini memberikan nuansa yang sangat berbeda dengan game horor dari luar negeri yang biasanya mengangkat tema-tema monster atau hantu dari budaya Barat. Dengan DreadOut, Digital Happiness berhasil memperkenalkan mitologi Indonesia ke kancah internasional.

DreadOut juga berhasil masuk ke beberapa platform besar seperti Steam, PlayStation 4, dan Xbox One, yang semakin memperluas jangkauan permainan ini. Keberhasilan DreadOut sebagai game horor indie dengan tema lokal menjadi bukti bahwa Indonesia juga bisa menciptakan karya yang diakui secara global.


Langkah Selanjutnya: DreadOut 2 dan Proyek-Proyek Lain

Keberhasilan DreadOut membuka jalan bagi Digital Happiness untuk mengembangkan sekuelnya, yaitu DreadOut 2, yang dirilis pada 2020. DreadOut 2 melanjutkan kisah Linda dan menghadirkan fitur-fitur baru yang lebih menarik, termasuk peningkatan gameplay dan kualitas grafis yang lebih tinggi. Walaupun sekuel ini menghadapi berbagai tantangan dalam pengembangannya, seperti keterbatasan anggaran dan waktu, DreadOut 2 tetap berhasil mendapatkan perhatian dari penggemar game horor dan mencatatkan kesuksesan, meski tidak sebesar pendahulunya.

Selain itu, Digital Happiness juga mulai mengembangkan proyek-proyek lain yang bertemakan horor dan petualangan, seperti DreadHaunt, sebuah game horor dengan elemen multiplayer yang berfokus pada kerja sama antara pemain untuk mengalahkan makhluk-makhluk gaib. Walaupun masih dalam tahap pengembangan, proyek ini menunjukkan bahwa Digital Happiness ingin terus berkembang dan menjajaki genre horor yang lebih luas.


Mengapa Digital Happiness Berbeda?

Salah satu faktor utama yang membuat Digital Happiness berbeda adalah keberanian mereka untuk mengangkat tema lokal dalam game horor yang biasanya mengandalkan elemen-elemen Barat. Mereka berhasil menggabungkan elemen budaya Indonesia yang kaya dengan gameplay yang solid, sehingga menciptakan pengalaman bermain yang sangat unik.

Di sisi lain, Digital Happiness juga berhasil menunjukkan bahwa game indie asal Indonesia bisa bersaing dengan game-game besar dari luar negeri. Dengan tim yang tidak besar, mereka mampu mengembangkan game berkualitas tinggi yang mendapatkan pengakuan internasional. Ini adalah bukti nyata bahwa dengan semangat, kreativitas, dan kerja keras, studio kecil pun bisa menghasilkan karya yang menginspirasi banyak orang.


Kesimpulan

Digital Happiness adalah contoh nyata dari perjalanan studio game indie Indonesia yang sukses membuktikan bahwa game lokal juga bisa mendunia. Dengan keberanian mengangkat tema horor khas Indonesia, mereka berhasil menciptakan DreadOut, sebuah game yang tidak hanya seram, tetapi juga kaya akan budaya lokal yang kental. Meskipun menghadapi banyak tantangan, Digital Happiness tetap gigih dan mampu menghasilkan game yang menarik perhatian dunia. Kini, mereka semakin dikenal dan diakui sebagai salah satu studio game indie yang punya potensi besar di dunia industri game global.

Kita pun bisa berharap bahwa Digital Happiness akan terus berkembang dan menciptakan lebih banyak game menarik, tidak hanya dalam genre horor, tetapi juga di berbagai genre lainnya. Jadi, buat kamu yang pengen tahu lebih banyak tentang Digital Happiness, pastikan tetap mengikuti perjalanan mereka, karena siapa tahu mereka akan memberikan kejutan-kejutan lainnya yang gak kalah seru!


Semoga artikel ini memberi gambaran yang lebih jelas tentang Digital Happiness dan perjalanan mereka yang penuh tantangan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *